Tuesday, March 14, 2006

Urgensi Insha Allah



(Petikan dari buku Membina Ruh Baru - Musyaffa Abdurrahim)

Pada suatu hari, ketika Nabi Musa a.s. sedang mengajar kaumnya timbul sebuah pertanyaan, "Siapakah yang paling alim antara kalian?" Nabi Musa a.s. menjawab, "Saya". Atas jawaban tersebut, Allah s.w.t. menegurnya dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang hamba Allah s.w.t. yang lebih alim.

Singkat cerita, Nabi Musa a.s. ingin berguru kepada hamba Allah itu. Hamba Allah itu menerima lamaran Nabi Musa a.s., dengan syarat: Nabi Musa a.s. tidak boleh bertanya, berkomentar, apalagi mengingkari apa yang akan dilihatnya sebelum hal itu dijelaskan kepadanya. Nabi Musa a.s. menerima persyaratan itu.

Hamba Allah itu, yang tidak lain adalah Nabi Khidhir a.s. berkata, "Akan tetapi kamu tidak akan mampu bersabar".

Spontan Nabi Musa a.s. menjawab, "Insha Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang sabar."Dalam jawaban ini, Nabi Musa a.s. mengucapkan Insha Allah. Akan tetapi jawaban itu menunjukkan Nabi Musa a.s. kurang tawadhu'. Mengapa? Sebab, ia mengatakan, ".... saya seorang yang sabar."Beliau tidak mengatakan, "... saya sebahagian dari orang-orang yang bersabar." Ertinya, jawaban Nabi Musa a.s. dapat dikonotasikan seakan-akan di dunia ini tidak ada orang yang sabar selain dirinya.

Kerana sedikit kurang tawadhu, terbuktilah bahawa Nabi Musa a.s. tidak bisa sabar dalam berguru kepada Nabi Khidhir a.s.. Mengapa? Sebab setiap Nabi Khidhir a.s. berbuat sesuatu, Nabi Musa a.s. selalu berkomentar, bahkan mengingkarinya. (kisah lengkapnya bisa dilihat di QS. Al Kahfi: 60-82)

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Kita sangat senang kalau saja Nabi Musa a.s. bersabar, nescaya akan banyak kisah yang bisa kita dapatkan darinya." (HR Bukhari dan Muslim)

Jawaban Nabiyullah Musa a.s. berbeza dengan jawaban Nabiyullah Ismail a.s. ketika ayahandanya (Nabiyullah Ibrahim a.s.) berkata kepada sang putra yang dicintai itu, "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!"

Ia menjawab, "Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insha Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS As-Shaffat:102)

Jawaban Nabiyullah Ismail ini mengandung makna bahawa, di dunia ini banyak sekali orang yang sabar dan ia insha Allah termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terbukti bahawa Nabi Ismail a.s. mampu bersabar.

Semoga Allah s.w.t. menjadikan kita semua sebagai hamba-hambaNya yang selalu mengembalikan sesuatu kepada mashi'ah Allah s.w.t, menjadi manusia-manusia yang tawadhu' dan sabar. Amin!

No comments: