Al-Mu’min
Sumber: Buletin InfoDT Jakarta - 04/Tahun IV/April 2004
Oleh : Aa Gym
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Semoga Allah menghidupkan akal kita dengan ilmu yang benar dan mudah-mudahan Allah menghidupkan hati kita dengan iman dan rasa aman dengan kokohnya ma'rifatullah dan cinta kepada Allah SWT. Amin.
Rasa aman adalah kebutuhan yang paling mendasar dari kehidupan kita, dan manusia amat lemah, dia dapat didatangi rasa cemas dari berbagai arah. Setiap saat, setiap sudut dapat membuat cemas bagi kehidupan seorang manusia. Manusia akan cemas dengan nyamuk Aedes Aegetpy betina atau adanya bakteri pada makanan karena takut keracunan. Kecemasan manusia seakan tidak pernah terhenti dan tidak terbatas selalu menghantui segala segi kehidupan. Alangkah lelahnya jika kehidupan yang hanya perpindahan dari cemas, was-was, takut dan bingung. Hal tersebut akan terjadi jika kita tidak mempunyai kekuatan penuh untuk selalu berdzikir kepada Allah SWT. Karena hanya dengan mengingat Allah SWT hati ini akan merasakan ketenangan dan ketentraman.
Kata Al Mu'min dalam Asma'ul Husna terdiri dari alif, mim dan nun, maka artinya adalah pembenaran atau ketenangan hati. Orang yang ingin merasakan ketenangan dan keamanan harus sekuat tenaga meyakini akan adanya Allah SWT. Kalau kita sudah mengenal Allah dan meyakini bahwa Allah yang menguasai apapun dan yang kita takuti, itulah Al Mu'min. Menurut Imam Al Ghozali, contoh Al Mu'min adalah jika ada seseorang yang sudah sangat lemah, dihadapannya terbentang jurang, dan dia tidak memiliki senjata, sedangkan musuh mengejar dibelakangnya. Namun tiba-tiba datang bantuan yang sangat dasyat dengan perlindungan yang sangat kokoh dan amunisi yang melimpah sehingga ada kekuatan yang besar, dan akhirnya orang tersebut yang sudah sangat lemah itu merasa aman didalamnya, itulah Al Mu'min.
Saudaraku, apa yang kita cemaskan sebenarnya ada dalam kekuasaan Allah SWT. Janganlah merasa cemas kalau tidak terpilih dan tidak bisa menduduki suatu jabatan. Untuk itu jika kita menginginkan suatu jabatan atau kedudukan, maka yang perlu dilakukan adalah luruskan niat, optimalkan ikhtiar dan hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT. Jangan pernah ada rasa cemas dengan rizki yang Allah telah tetapkan. Allah menciptakan manusia sudah lengkap dengan rezekinya masing-masing. Yang harus kita tekankan adalah apakah kita memiliki ilmu untuk menjemput rizki tersebut. Kita sering cemas jika ingat kepada dunia, tetapi jarang sekali cemas jika tidak ingat kepada Allah SWT. Sebaiknya manusia boleh cemas jika kecemasannya untuk mengingat kepulangan ke akhirat.
Janganlah takut kematian, karena kematian tidak akan terhindar dan tidak akan tertukar. Diri kita adalah milik Allah, maka hanya kepada Allah kita serahkan diri dan dengan berdzikir akan menentramkan hati. Kita hanya takut apabila kematian kita tidak khusnul khotimah.
Kita harus menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, termasuk keluarga kita yang merupakan amanah Allah. Kita harus menjaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka. Kita harus memperhatikan setiap perkataan yang kita ucapkan, karena kata-kata yang jelek bisa menjadi do'a yang jelek. Jadikan setiap ketakutan sebagai bagian dari nikmat yang membuat kita harus selalu berhubungan dengan Allah SWT. Setiap ancaman yang menakutkan harus membuat kita semakin yakin bahwa kita hanya milik Allah dan hanya Dialah yang bisa menolong. Itu semua yang akan memberikan ketenangan bagi kita.
Semakin kita jarang mengingat Allah, maka kita akan semakin gelisah. Sebaliknya semua urusan yang dikaitkan kepada Allah, maka itu akan menjadi sumber ketenangan kita. Kita harus menyempurnakan ikhtiar, karena keyakinan itu terkait dengan keadaan hati. Jangan sampai keyakinan kepada Allah mengurangi ikhtiar yang harus kita lakukan. Sebaliknya jangan sampai kegigihan ikhtiar kita memperlemah tawakal kepada Allah SWT. Yang terbaik adalah kita harus bersungguh-sungguh ikhtiar dengan diiringi ketawakalan kepada Allah SWT. Allah Maha Mengetahui apa yang disembunyikan dan tersembunyi. Dalam setiap kejadian pada dasarnya ada hikmah yang dapat kita petik jika telah dilakukan ikhtiar.
Jadi segala kecemasan berpangkal karena kita kurang yakin kepada Allah SWT. Muslim yang baik adalah yang memberikan rasa aman bagi orang lain. Rasa aman tersebut bisa diperoleh dari perbuatan maupun kata-kata yang kita ucapkan. Kita dapat membuat orang sakit hati dengan ucapan kita, terutama pada saat melakukan kritik kepada orang lain. Apalagi orang yang suka menghina, sehingga membuat orang tidak pernah nyaman berada di dekatnya. Sifat pemarah juga tidak disukai, karena cenderung berbuat dzolim, tidak memiliki wibawa, wajahnya tidak ramah, perilakunya hina dan tidak akan merasakan ketenangan apalagi kebahagiaan. Ciri orang yang aman dengan kita, jika komunikasi lancar dan meningkat pada saat mengkritik maupun bersilaturahmi.
Alhamdulillaahirobbil’alamin
--------------------------------------------------------------------------------
Rangkuman Pengajian Majelis Manajemen Qolbu, Masjid Agung Al Azhar Jakarta, Selasa 30 Maret 2004. - Humas DT Jakarta -
No comments:
Post a Comment