Thursday, July 17, 2003

[HIKMAH] Ubasute no Hanashi*
Author: Abu Aufa

Dahulu kala di Jepang terdapat sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh para petani miskin yang disebut 'Ubasute', yaitu membuang orang tua mereka yang telah lanjut usia di daerah pegunungan. Hal ini dilakukan karena mereka terlalu miskin untuk menghidupi orang tua mereka. Cerita ini adalah cerita kuno dan di masa ini tentu saja tidak dilakukan hal seperti itu.

Ceritanya:
Pada hari itu, seorang ibu tua dengan digendong oleh puteranya berangkat menuju gunung untuk 'disisihkan'. Namun selama perjalanan ia mematahkan ranting-ranting dan menjatuhkannya. Ketika ditanya oleh puteranya, ia menjawab, "Agar kau tidak tersesat pada waktu kembali
ke desa." Mendengar hal itu, puteranya terharu dan menangis lalu menggendong ibunya dan kembali ke rumah mereka.


Ikhwah fillah rahimakumullah,
Hikmah apa yang dapat kita ambil dari kisah diatas? Tentu banyak sekali, melimpah bagaikan air yang mengucur, mengalir deras ke sebuah telaga hati. Hikmah betapa kasih sayang orangtua kita tak akan luntur sepanjang zaman, walaupun mungkin kita sendiri telah menjadi orangtua dari anak-anak kita.

Dalam Islam, perintah berbakti kepada orangtua ini telah nyata-nyata termaktub di QS: Al Isra' 23-24,

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali mengatakan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang, serta ucapkanlah, "Ya Allah, kasihanilah mereka sebagaimana mereka keduanya telah mendidik aku sewaktu kecil."

Allah SWT juga telah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur selain kepada-Nya, juga kepada orangtua kita [QS: Lukman 14]. Bahkan Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amrin bin Ash, pernah mengatakan nilai
pahala berjihad pun tak kalah dengan berbakti kepada orangtua.

Kalau kita durhaka kepada orangtua, maka dosanya adalah sebuah dosa besar, demikian pula pesan Rasulullah SAW. Bahkan Allah sangat melaknat orang-orang seperti itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas, "Allah sangat melaknat orang yang durhaka kepada orangtua. Allah sangat melaknat orang yang mencela bapaknya, dan Allah sangat melaknat orang yang menyakiti hati
ibunya."


Serem ya, takut ya! Iya! Padahal berbuat baik kepada orangtua bukanlah sesuatu yang sulit lho. Mungkin di saat kita kecil, kalau nakal dicubit atau dipukul, apakah itu karena mereka benci kepada kita? Lha, salahnya sendiri, nakal sih! Coba kalau nggak nakal, nggak bakal dicubit kan? Paling juga cubit gemes (sakit juga sih). Saat itu mungkin perasaan kita mengatakan, "Apa iya sih saya ini anak angkat, kok mama benci banget
sampe nyubit?" atau pula, "Apa sebaiknya nyari mama yang lain aja ya, yang baik, nggak pernah nyubit biar pun nakal, minta apa aja pasti dibeliin." Yee...emang enak nyari mama, konsultasi dulu dong ama ayah! Haknya ayah tuh, bukan hak kamu lagi. (nikoniko suru**)

Kalau dalam perjalanan hidup ini kayanya susah banget, rezeki seret, rumah masih ngontrak, kerjaan gak ada, anak bawel melulu, la...bla...bla... coba ingat-ingat, apakah itu karena kita pernah durhaka kepada orangtua? Karena siksa bagi orang yang durhaka kepada orangtua, siksaannya akan diberikan dengan segera, ketika masih berada di dunia ini [HR. Hakim dan Abu Bakar]. Itu pula sebagai tanda dari sebuah
dosa besar yang pernah kita lakukan, yaitu laknat dari Allah SWT baik ketika masih hidup di dunia maupun setelah di akhirat nanti.

Jika diberikan 2 pilihan, yang mana harus diutamakan, pilih ibu atau bapak? Ya, harus pilih dua-duanya dong! Ups...tentunya kita berharap dua-duanya, namun Rasulullah SAW menegaskan dalam HR Imam Bukhari dan Muslim, bahwa berbakti kepada ibu lebih diprioritaskan, bahkan dalam riwayat tersebut, beliau menyebutnya sampai 3 kali. Kok gitu ya? Iya, karena seorang bapak kan gak mengandung, dll, 9 bulan lho.

Coba deh direnungkan, sedemikian luas samudera kesabaran, kecintaan dari sejak mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, berjaga semalaman ketika si anak sakit, mendidik, wah...pokoke curahan seorang ibu itu tak putus-putusnya. Emang enak jalan sambil perut maju ke depan gitu, gak bisa ditinggal lagi. Kalo kaum laki-laki gak percaya, coba deh bundel beban 3 kiloan, lalu jalan-jalan, 1 jam-an aja, betah
nggak ya? Wah...ibu-ibu senyum-senyum deh. Iya, semoga Allah SWT memberikan pahala yang tak terhingga kepada ummahat ya.

Karena itu, sebelum terlambat dan tertutupnya pintu taubat, serta menghindari dari kemurkaan Allah SWT, sebagai seorang anak sudah sepatutnya kita berbakti kepada kedua orangtua dengan penuh hormat, adab dan akhlak yang baik. Kita bisa sekolah, disebut mahasiswa
(keren kan?), jadi sarjana, bahkan bisa ke Jepang (apa karena Monbusho? :-)) juga karena ridho mereka, bukankah ridho orangtua juga ridho Allah SWT.

Mudah-mudahan kita gak jadi sombong, mentang-mentang lebih kaya, lebih terhormat, calon doktor (atau udah doktor?), lantas jadi durhaka hanya karena orangtua kurang pendidikan dan hidup sederhana di kampung, insya Allah gak ya. Karena bagaimana pun, kepintaran, kesuksesan dan kemewahan yang kita peroleh saat ini adalah karena jerih payah, penderitaan, dan terutama adalah keikhlasan serta do'a dari orangtua.

Mudah-mudahan bermanfaat ya akhi wa ukhti, sambil kita terus berdoa, "Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiran", Ya Allah, ampunilah dosaku, dosa ayah dan ibuku serta kasihilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil." Aamiin allahumma aamiin

Wallahu a'lam bi-showab,


*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Abu Aufa


Notes:
In Japanese:
Ubasute no Hanashi* = kisah Ubasute Nikoniko suru**

No comments: